“Lu nonton film Indonesia?”
“Serius?”
“HAHAHAHA”
*Oooo…” *senyum penuh makna*
Kira-kira itulah tanggapan yang didapatkan pas bilang, “Mau
nonton film *judul film Indonesia*?”
Banyak yang terheran-heran dan yang lebih parahnya lagi sampe
nyela tidak berkesudahan perfilm’an Indonesia sendiri.
Bukan bermaksud memberikan stereotype tapi kenyataannya memang cuma segelintir orang yang
mengapresiasi keberadaan film Indonesia di Tanah Air kita ini. Miris,
menyedihkan, dan akhir kata – ngeselin abis.
Di kesempatan kali ini (yang sebenarnya saya ciptakan
sendiri juga sih), saya mau membahas lebih detail apa yang sebenarnya perlu
dikoreksi mengenai tanggapan-tanggapan serta issue-issue soal perfilm’an
Indonesia. Okay. Saya bukanlah pengamat perfilm’an Indonesia tingkat dewa tapi
pengalaman saya menonton film-film keluaran Indonesia yah bisa dibilang cukup
lumayan lah.
“Film Indonesia? Horror-horror mesum-mesum ya?”
Well! Sangat disayangkan sekali ternyata stereotype paling
sering ditemui soal perfilm’an Indonesia adalah soal horror porno’nya.
Dulu genre ini memang
sempat BOOMING abis. Saking boomingnya sampai meninggalkan strereotype yang
kuran baik buat perfilman Indonesia. Sayangnya saat perfilm’an Indonesia sudah
menghadirkan banyak genre-genre baru yang seharusnya diperhitungkan, tetep aja horror
mesum sudah muncul di kepala bahkan sebelum judul film disebutkan.
Penonton di luar sana seharusnya membuka mata kalau sekarang
perfilm’an Indonesia menawarkan lebih banyak pilihan genre. Film-film
Indonesia sekarang lebih variatif, mengangkat tema perjuangan, romansa, religious,
thriller, action, dan masih banyak lagi.
Bukan berarti juga film horror bernuansa mesum itu
benar-benar sudah musnah juga. Beberapa dari film horror Indonesia juga menurut
saya juga sudah menjadi lebih baik dan bukan melulu menjual “kemesuman”.
Ada jalan cerita yang bisa dinikmati. Terkadang ceritanya
juga menyangkut mitos-mitos yang ada di Indonesia dan akhirnya bisa dijadikan
materi pembelajaran juga kan?
“Males nonton film Indonesia. Nanti juga ada di TV.”
Zzzzz… speechless deh dengar komentar satu ini. Sebuah film
diangkat ke layar lebar tentunya melibatkan banyak perencanaan serta tehnik
yang memang khusus dipersiapkan agar bisa dinikmati di layar bioskop berukuran
20 X 11 meter . Yes! Bioskop. Bukan TV 14 inc sampai 32 Inc di rumah kamu. Belum
lagi ditambah selingan iklan tiada henti. Bioskop juga ada iklannya? Uh. Speechless deh kalau menghadapi
komentar-komentar tidak mau kalah seperti ini.
Yang mau tahu soal keunggulan bioskop-bioskop yang ada di
Indonesia, bisa check linknya di sini: http://arcom2005.com/bedanya-cinema-21-xxi-premiere-dan-blitz/
“Hmmm…. Gue cuman level nonton film barat”
Aduuuhhhh… yang ini speechless banget. Mana rasa kecintaan
sama Negara sendiri yang diusung-usungkan kalau Negara lain berusaha mengklaim
warisan Negara sendiri? Wong film karya anak bangsa sendiri aja nggak
diapresiasi. Nyatanya malah dipandang sebelah mata. Miris sekali.
Perfilman Indonesia sudah jaauuuuuuuuhhhh berkembang. Jangan
melulu kebarat-baratan sekali-kali coba nonton dan amati produk-produk keluaran
dalam negeri. Saya sendiri dulu merupakan penikmat film-film barat, india, dan
lain sebagainya. Lalu ketika mulai mencoba menikmati film Indonesia, perlahan
sudut pandang saya berubah.
Banyak sekali sisi budaya, pengetahuan, tingkah laku yang
digambarkan dengan jelas dalam sebuah film Indonesia. Film Indonesia juga
menghadirkan potret – potret yang lebih dekat dengan keseharian kita. Memangnya
kamu yakin dengan tinggal di Indonesia dari lahir, kamu sudah mengerti semua
budaya dan tingkah perilaku yang ada di seluruh penjuru archipelago ini?
“Film Indonesia kan yang laku yang sexy-sexy atau yang menye-menye”
Apa kata lu deh.
Penikmat film Indonesia juga semakin lama semakin pintar.
Sama halnya dengan produser-produser serta sutradara-sutradara film-film
Indonesia. Saya yakin mereka berusaha keras untuk terus menerus menggungguli
karya-karya mereka dan karya-karya yang sudah ada.
Jumlah film yang digarap dengan serius dan akhirnya mendapat
apresiasi manca Negara juga tidak sedikit lagi.
Ada juga film-film dengan topik yang ringan juga nggak kalah
menarik untuk dinikmati.
Dengan semakin banyaknya karya-karya anak bangsa, mari kita tunjukkan dukung kita! Bisa dengan datang ke bioskop untuk nonton. Jika mau berbuat lebih,
bisa juga setelah menonton memberikan kesan dan masukan dengan cara yang baik. Toh
sekarang semuanya bisa diakses melalui media sosial.
Kalau kamu, ya kamu memang belum percaya bahwa film
Indonesia sudah cukup baik kualitasnya dan belum mau menonton film Indonesia,
setidaknya jangan memberikan komentar-komentar over skeptical dan over judgmental.
"If you do not have anything nice to say then you better say nothing at all”
Yuk. Nonton film Indonesia. Suka nggak suka urusan
belakangan. Yang penting coba dulu sebelum asal judge. Cobanya juga jangan sekali dua kali ya tapi beberapa kali.
Hahaha.
Ayo kita dukung karya anak bangsa!
Sofi Meloni
0 comments:
Post a Comment