Oke. Mari kita ganti openingnya!
Film yang cocok banget buat moment Valentine dan Imlek'an!
LOH? Kok bisa?
Karena pas moment-moment itu lah bakalan sering ditanyain "Kapan Kawin?"
HADEEEUUHHHH! #Hahahaha...
Jadi film ini tentang apa?
Serius belum mendengar soal film ini? Ooops.
Garis besarnya seperti berikut - Seorang cewek ditanyaian kapan kawin mulu - orang tua pura-pura sakit dan yang ditanya disuruh pulang ke kampung halaman - nyewa aktor buat dijadiin calon-calon'nan - kejadian ini-kejadian itu - selanjutnya silahkan nonton sendiri.
Kok kedengerannya Cliche sekali ya?
Ooo~~~ Hidup di dunia ini sudah penuh dengan yang namanya kenyataan pahit bahkan 'sepet', tidak salah lah kalau nonton film-film cliche yang akhirnya bisa bikin senyum-senyum sendiri setidaknya buat 100 menit hidup anda.
Jadi bagus nih?
Bagus! Berhasil membuat ikut ketawa, terharu, terus ketawa lagi sepanjang film.
Seriusan?
Suer tekewer kewer.
Apa bagusnya?
1. Tema yang diangkat
Film romantic comedy ini hadir dengan tema yang beda dari film-film melow-melow yang lagi membanjiri perfilm'an Indonesia. Ceritanya seger dan udah keliatan banget dari trailernya.
Trailernya sendiri udah berhasil ngasih gambaran nanti ceritanya kayak apaan tapi hebatnya justru bikin ngebet pengen nonton sampe ikut-ikutan kuis di twitter biar bisa ikut nonton Gala Premiernya tapi tetep aja nggak dapet. Mungkin kita belum berjodoh ya, Rez #Apaancoba.
2. Akting para pemain yang tidak perlu diragukan lagi.
Mulai dari Satrio, Didi, Bapak Ibunya Didi, sampe sama si Bandot. Semuanya terasa pas sesuai porsinya dan berhasil bikin ngakak di saat harus ngakak dan sedih saat sedih.
Beberapa adengan yang menurut saya, akting para pemainnya oke banget itu pas.
Satrio - sepanjang film (serius saya nggak bias).
Dinda - pas dia marah ketika Jerry berusaha mengambil ahli menjadi PIC acara (biar ngerti makannya nonton dulu).
Bapaknya Dinda - Sepanjang film. Karakter Bapak ini spesial banget. Lucu pas harus lucu dan serius plus galak pas memang scenenya seperti itu. Saya makin jatuh cinta sama si Abah!
Bandot - Pas dia jadi ambulance sama menghalau Dinda dan Satrio yang baru datang dari Jakarta. Bandot adalah satu satu bagian film yang kehadirannya membuat semuanya sempurna.
3. Dialogue yang fresh dan spontan.
Banyak banget dialog-dialog yang terkesan spontan tapi ngena banget. Sepanjang film nggak keitung lagi deh berapa kali penonton pada ngakak.
4. Pesan yang ingin disampaikan.
Meksipun ini film komedi, ternyata ada pesan yang berusaha disampaikan. Ternyata lagi pesannya bukan melulu soal "KAWIN". Pesan apakah itu? Saya rasa sebagai manusia yang punya orang tua, pasti tersentuh deh pas scene ini keluar.
5. Pengambilan gambar yang oke.
Scene-scene sepanjang film diambil dengan bagus. Meskipun nggak pake tehnik-tehnik kayak film-film yang menyoroti pemandangan atau matahari yang terbit kemudian tenggelam, sepanjang film saya merasa nyaman melihat warna, pergantian scene, setting tempat scene dibuat. Semuanya indah - #Ceileehhh
Nggak ada yang gimana-gimana?
Gimana-gimana maksudnya gimana ya? Hahaha
Ada beberapa hal yang mungkin bisa dibuat menjadi lebih baik kalau berdasarkan pendapat pribadi saya yang bukan pengamat film kelas atas ini (apaan sih).
1. Wardrobenya Nana (Kakaknya Dinda)
Wordrobenya Dinda rata-rata bagus dan sesuai sama tema dan tempat cerita. Meskipun dia lagi di kampung, baju-bajunya tetep edgy tapi jauh dari kesan berlebihan. Beda sama Nana yang wardrobenya kayak kelewat berlebihan. Atau mungkin memang disengaja buat menekankan kalau karakter Nana yang pesolek? Tapi tetep aja aneh dan kerasa janggal. Belumlagi make upnya. Yang paling mengganggu itu pas acara ulang tahun pernikahan - Dressnya Nana.. yaampun.. Serius?
2. Ending
Saya mengerti bahwa ini adalah film komedi dimana ya endingnya kalau bisa lucu juga dan nggak cliche kayak film-film romantic kebanyakan. Sayangnya menurut saya endingnya terlalu buru-buru dan terkesan dipaksain biar lucu dan beda. Karakternya Dinda yang awalnya keras dan anti menye-menye mendadak berubah jadi menye-menye pas di ending. What? Kalau boleh saran, ending sebaiknya dibuat lebih manis sedikit..lalu baru JEDERRRRR... humornya dikeluarin. Kalau ending yang ada sekarang, rasanya kayak dipaksain biar ending dan lucu jadinya saya sebagai penonton kehilangan chemistry antara Satrio sama Didi.
3. Scene yang kurang penting
Banyak scene-scene yang memang harus diakui lucu tapi sebenarnya kurang menunjang jalan cerita. Misalnya pas Dinda ngetuk-ngetuk kamrnya Satrio pas Satrio lagi tidur. Terus Satrio nggak mau ngomong karena jam kerja abis, lalu Dinda pergi begitu saja setelah ngomel. Hm... sebenarnya..soal jam kerja sudah pernah diperkenalkan sebelumnya jadi keberadaan scene ini sebenarnya bikin mikir..."Terus kenapa?"
4. Scene Klimaks yang seharusnya ngena banget tapi jadinya gitu aja.
Pas Satrio yang kecewa nanya kedua orang tua Dinda soal makanan kesukaan dan dijawab terus dijawab lagi... Scene ini agak "Kaku" menurut saya. Kurang smooth.
5. Scene Jatuh Cinta Dinda sama Satrio yang kurang banyak.
Hahaha. Maksud saya scene yang menjelaskan kenapa mereka bisa jatuh cinta satu sama lain (Spoiler deh). Paling cuma scene jalan-jalan di jogja, pas Dinda tidur, sama pas mereka berantem. Belum terlalu terasa bagaimana gimana perasaan mereka tercipta gitu. Hahaha.
Jadi kesimpulannya bagus atau nggak?
Ya jelas bagus dan patut ditonton banget!
Film ini bener-bener fresh dan berhasil bikin ketawa-ketawa sepanjang film.
Selain itu pesan moral yang disampein juga lumayan ngena.
Selesai nonton banyak kita-kita yang anak muda pada comment "harusnya yang nonton film ini tuh orang tua kita - bukannya kita". Nahhhh... makin penasaran kan? Ayo ajak orang tua kalian nonton jadi bisa valentinenya sama papah mama deh. Hahahaha.
Ayo nonton. Sayang banget kalau sampai ngelewatin film ini di Bioskop.
Nunggu muncul di TV? Ya jelas beda sensasinya nonton di TV sama di Bioskop!
Terima kasih rekan-rekan Legacy Pictures dan para pemain!
You are the best!
Sofi Meloni
#NihtakbagiTrailernya
Bonus khusus buat baca review ini sampai habis - Satrio KW alias Bandot!
0 comments:
Post a Comment