Lamaaa dan puasss…
adalah kesan pertama yang didapat dari extended version ini. Bayangkan waktunya
sekitar 3 jam 15 menit untuk 1 film. Puas banget.. puas nonton cerita
keseluruhan dan juga puas nahan rasa kebelet karena ceritanya yang nggak sayang
banget buat ditinggal ke toilet meskipun cuman sebentar.
Memangnya tema dan ceritanya tentang apa?
Tentang
cerita cinta pada tahun 1930an. Temanya tentang kesukuan di daerah Minang Kabau
yang kental. Tentang adat istiadat terutama menyangkut asal usul dan peranannya
dalam kehidupan sosial khususnya menyangkut pernikahan.
Bedanya apa
dengan versi pertamanya?
Banyak
adengan tambahan dan dialog yang lebih panjang dibanding versi
sebelumnya yang dibuat cepat dan ringkas.
Apakah
endingnya sama dengan versi sebelumnya?
Tentu saja,
namanya juga extended version. Inti cerita sama hanya saja ada beberapa bagian yang
sebelumnya tidak ada, kini dimasukkan ke dalam film dan memberikan penjelasan lebih
ke jalan cerita.
Misalnya
apa saja?
1. Awal cerita mengapa Zainuddin
merantau dan cerita mengenai sanak saudara Zainudin yang ada di Makasar.
2. Warisan dari sanak Saudara Zainuddin
yang membuat dia sempat “kaya” sebelum ke Batavia.
3. Dialog-dialog tambahan.
4. Selendang dari Hayati di versi awal
diberikan oleh Hayati, kalau versi kedua ternyata dijelaskan kalau Zainuddin
yang meminta sebuah tanda mata dari Hayati.
5. Teman Nurhayati yang sempet main ke
rumah Hayati. Di versi sebelumnya, temennya dikenalin pas Nurhayati main ke
rumah temannya di Bukit Tinggi.
6. Kebanyakan Dialog-dialog antar
pemain yang ditunjukkan lebih panjang.
Bagus
nggak?
Kalau versi
pertamanya tidak memuaskan, nggak mungkinkan saya sampai bela-belain nonton
versi extendednya. Meskipun bukan pengalaman pertama, tapi film ini berhasil
membuat saya (dan teman saya) kembali terharu dan ikut hanyut dengan ceritanya.
Temen saya malah sampe nanggis lagi dan kali ini tanggisannya lebih parah
daripada pas nonton yang versi pertama. OMG….
Bagusnya
dimananya?
1. Topik yang diangkat – cerita cinta
masa lalu yang malu-malu, surat-surat’an, dan berbagai kesederhanaan dan
ketulusan yang ditampilkan seakan bikin saya sebagai penonton kembali percaya
kalau ketulusan cinta itu bukan sekedar donggeng belaka.
2. Pengambilan gambar – Indah-indah-dan
indah. Pengambilan gambar, pemilihan warna membuat saya puas menonton film ini
dan nggak rela ninggalin kursi penonton selama 3 jam lebih.
3. OST/Soundtrack – ini juga salah satu
hal penting yang sangat mendukung “mood” film ini. Dapet banget feelnya.
4. Acting para pemain – Mas Zainuddin
& Mas Aziz, both of you are awesome!
Nggak ada
jeleknya?
Film ini
secara keseluruhan bagus banget jadi kejelekannya termaafkan dan bahkan hampir tidak
disadari. Salah satu saran yang mungkin bisa lebih membangun hanya kemampuan
menampilkan efek visual Kapal van der Wijck. Sepertinya di extended version
dibuat lebih gelap dan lebih bagus meskipun tetep keliatan seperti tempelan. Hahhaa. Hal lainnya yang mungkin bisa diperbaiki adalah acting nanggis Hayati yang kurang halus. Zainuddin di awal cerita juga
terkesan terlalu gampang menanggis. Melowww to the max bo…
Intinya
film ini patut banget buat ditonton. Ini adalah salah satu film yang menunjukkan kalau per
film’an Indonesia itu sudah sangat baik dan maju.
Satu saran
penting sebelum mulai nonton adalah ke toilet dulu.
Jangan sampe melewatkan film ini walau cuman untuk itungan menit saja!
Selamat menonton.
Sofi Meloni
0 comments:
Post a Comment