Saya bukan pengamat politik. Saya juga terlampau muda ketika peristiwa 1998 itu terjadi. Tidak ada ingatan spesifik mengenai apa yang terjadi waktu itu. Oleh karena ini yang akan saya bahas adalah murni mengenai bagaimana film ini dibawakan oleh Lukman Sardi.
Ceritanya tentang apa?
Film ini menyoroti perjalanan hidup beberapa tokoh dengan setting kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998. Salma, Bagus, Diana, Daniel, Seorang pemulung dan anak lelakinya. Setiap tokoh memiliki peranannya sendiri sepanjang cerita.
Misalnya konflik antara Salma, seorang asisten dapur istana, yang bersuami soerang tentara bernama bagus. Adik Salma, Diana, merupakan seorang aktifis kampus yang turut ambil bagian dalam demo mahasiswa. Kekasihnya Diana, Daniel, merupakan seorang cowok keturunan Chinese yang juga ikut dalam gerakan mahasiswa yang memperjuangkan reformasi.
Konflik terjadi saat kekecauan terjadi pada periode 1998. Bagaimana peristiwa tersebut membawa dampak kepada tokoh-tokoh yang ada. Termasuk di dalamnya tokoh seorang pemulung dan seorang anak kecil.
Mengerikan nggak filmnya?
Film ini berhasil dikemas dengan cara yang bisa dinikmati tanpa membuat penonton kelewat cemas.
Cara penyampaiannya lebih lembut dan (sepertinya) tidak seanarkis kejadian nyatanya. Adengan-adengan kekecauan memang dibuat semirip mungkin namun tetap dalam porsi yang masih bisa dinikmati tanpa kengerian yang berlebihan. Saya sebagai penonton bisa ikut merasakan kengerian yang berusaha diciptakan misalnya pada scene dimana adiknya Daniel (yang juga keturunan) menjatuhkan jeruk dan hampir menjadi mangsa warga yang mengamuk. Juga scene dimana Daniel berusaha melarikan diri dan hamoir ditangkap. Scene yang paling bikin terasa sekali suasana mencekam yang ada, yaitu ketka Salma yang sedang hamil menangis saat dia tidak mampu menghentikan kekerasan yang terjadi di depan matanya. Feelnya dapat banget meskipun tanpa adengan-adengan kekerasan yang kasar.
Bagus?
Selain jalan cerita film ini bisa dinikmati, banyak pesan moral yang disampaikan oleh film ini. Menurut saya hal tersebutlah yang membuat film ini patut ditonton untuk membuka mata orang yang sama sekali tidak tahu latar belakang dan dampak kejadian pada tahun 1998. Tidak. Maksud saya bukan sekedar alasan dibaliknya namun yang penting adalah bagaimana dampak yang dihasilkan dari tindakan kekerasan yang terjadi waktu itu.
Para tokoh yang saya sebutkan di atas, semuanya berhasil memainkan peranan mereka dengan baik sekali. Tokoh pemulung dan anak kecil berhasil membawakan karakter mereka dengan sempurna meskipun porsi dialog mereka tidaklah banyak. Lukman Sardi, Anda keren sekali!
Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya bukan pengamat politik jadi saya sebenarnyanya juga kurang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tahun 1998 atau desas desus apa yang sebenarnya beredar. Hal tersebut membuat saya kesulitan mengenali tokoh-tokoh politik yang ditampilkan di film.
Alhasil yang saya kenali hanya nama-nama yang memang familiar seperti Bapak Soeharto, Bapak SBY, Bapak Amien Rais, Bapak Habibie dan beberapa orang lainnya. Sisanya saya kurang tahu. Yang jelas lagi, ketika tokoh-tokoh itu disorot dan penonton mengidentifikasi dari name tag yang digunakan, yang terdengar justru tawa membahana dari seantero bioskop. Hal yang aneh karena seharusnya scene yang ditampilkan merupakan scene yang serius.
Kesimpulannya?
Intinya menurut saya film ini patut dinikmati oleh para pecinta film Indonesia. Namun bukan berarti menjadi film ini sebagai acuan tentang latar belakang kejadian pada tahun 1998. Saya tidak tahu apa yang terjadi namun bukan berarti saya lalu menerima atau menganalisa hal tersebut setelah menonton film ini. Bagi saya yang penting adalah film ini berusaha mengambarkan bagaimana dampak pada orang-orang yang sebenarnya tidak mengerti tentang apa yang terjadi namun ikut merasakan dampak luar biasa dari kejadian tersebut, baik Salma dan keluarga, Daniel dan keluarga, sampai dengan si anak pemulung :(
Saya suka dan terharu sekali bagaimana di akhir film, tokoh Daniel yang sebelumnya sudah pindah ke negara lain karena kejadian 1998 akhirnya kembali ke tanah air untuk menaburkan abu sang ayah dengan alasan karena beliau menghendaki kembali ke tanah kelahiran, Indonesia.
Terima kasih Bapak Lukman Sardi atas pelajaran yang coba diberikan.
Semakin sering film ya.
Sofi Meloni
0 comments:
Post a Comment