Saya masih ingat betul kejadian yang memalukan itu di benak saya. Ceritanya terjadi saat saya mengisi liburan semester genap 2008-2008 dengan mengikuti program binusian 2013 sebagai mentor. Hari itu hari jumat dan kegiatan binusian dilaksanakan full time di kampus anggrek. Menggingat ini sudah hari hari ke 5 program binusian, panitia program binusian kembali menggingatkan para mentor agar bertidak tegas kepada para binusian yang melakukan pelanggaran, baik itu pelangaran hal kecil maupun besar. Pelangaran –pelangaran kecil yang biasa dilakukan oleh binusian biasanya adalah tidak memakai name tag, baju tidak rapih, memakai atribut berlebihan dan sebagainya.
Kami diminta untuk membentuk benteng pertahanan di dareah-daerah masuk ke kampus anggrek untuk memeriksa kerapihan para peserta program Binusian sebelum mereka memasuki daerah kampus. Saya dan beberapa mentor mendapat giliran berjaga di basement kampus anggrek. Perkiraan kami ternyata benar, disana banyak sekali peserta binusian yang pakaiannya tidak rapih saat menginjakkan kaki masuk ke kampus anggrek. 50% belum mengenakan name tag, 30% baju belum dirapihkan, dan 20% masih mengenakan jaket.
Awalnya saya masih bersemangat memberitahu satu persatu binusian yang masuk melalui basement sebelum jam program binusian di mulai. “name tag dipake..”, “baju masukin…”, “jaket lepas…”. Lama-lama kecapean juga. Akhirnya datanglah mentor mobile. Mereka datang untuk membantu kami para mentor yang sudah bertugas dari tadi pagi. Kami pun beristirahat sejenak di kursi tunggu yang ada di basement.Setalah istirahat sejenak dan merasa tenaga telah pulih kembali. Saya sudah siap dengan percaya diri menegur satu persatu binusian yang melakukan pelanggaran.
Cukup mudah mengenali binusian. Mereka mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam. Tidak seperti mahasiswa pada umunya yang mengenakan baju casual. Ketika saya sampai di titik saya berjaga, seseorang berpakaian rapih (kemeja putih dan celana bahan) dengan jaket rompi model harry potter lewat di depan saya. Dengan semangat yang ada, saya mengahalangi langkahnya, berdiri tepat di depannya dan dengan suara lantang saya berkata “tolong buka jaketnya, terus name tagnya dipake”. Anehnya dia berhenti dan memelototi saya. Dalam hati saya berkata “wah…binusian yang satu ini berani juga”. Ketika padangan saya alihkan ke arah wajah orang tersebut ternyata wajah di hadapan saya ini lebih mirip pegawai binus daripada peserta binusian. Benar-benar memalukan yang bisa saya lakukan hanyalah tercenggang malu sambil mengucapkan kata maaf yang terputus-putus. Orang tersebut berlalu dengan wajah agak kesal. Kata-kata maaf yang saya ucapkan mungkin tak terlalu terdengar, yang lebih terdengar adalah tawa kencang dari teman-teman mentor yang menyaksikan aksi saya yang salah sasaran ini.
Akhir kata, pengalaman ini mengajarkan saya untuk melihat sebelum bertindak. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi di masa yang akan datang.
0 comments:
Post a Comment