[REVIEW] Haji Backpacker Film

Mulai tayang 2 Oktober 2014, pas pergi nonton tanggal 3 Oktober, 1 studio full.
Ini merupakan bukti kalau promo filmnya ini memang berhasil. Saya sendiri tertarik menonton karena berhasil dibikin terpukau dengan trailernya. Mungkin karena film ini release di moment yang tepat juga jadi penonton langsung membludak dan berebut pengen nonton film ini.


Filmnya tentang apa?
Sebenarnya dibandingkan judul, tagline dari film ini lebih bisa mengambarkan jalan cerita dari film ini.
9 negara, 1 tujuan, dibandingkan dengan haji backpacker yang mungkin bisa disalah artikan dengan pergi haji dengan sistem backpacker? Meskipun memang ada unsur backpacker namun yang lebih ditekankan dalam film ini adalah perjalan seorang pria bernama Mada yang berkunjung ke 9 negara untuk menemukan satu jawaban. Jawaban apakah itu? Silahkan nonton filmnya.

Beneran syutingnya di 9 negara?
Filmnya diawali konflik di Indonesia dan Thailand.
Terus berpindah ke Vietnam, lalu China, kemudian India, Tibet, Nepal, Iran, Saudi Arabia.
Nggak salah kalau 9 negara merupakan salah satu nilai jual utama film ini.
Ada beberapa negarayang menjadi pusat cerita. Namun ada juga beberapa negara yang hanya menjadi tempat singgah sang tokoh utama tanpa ada cerita yang berarti kepada keseluruhan arti cerita.

Bagus ga?
Banyak hal yang patut diacungi jempol di film ini.
1. Pengambilan gambar yang bagusssss banget. Suasana-suasana di setiap negara meskipun ada yang cukup singkat berhasil dijabarkan dengan indah.
2. Akting Mada yang dapet banget. Karakternya dapet banget.
3. Pesan moral yang coba disampaikan. Film ini secara keseluruhan dapat menjadi gambaran hubungan antara manusia dan Tuhan. Selain itu banyak kata-kata bijak yang bisa dijadikan renungan oleh penonton selama film berlangsung.
4. Hubungan manusia yang berasal dari berbagai negara yang digambarkan dengan baik.
4. Make up Sofia dan Suchun yang alus banget.

Selain itu?
Ada beberapa menurut saya hal yang agak menganggu dan bisa dikembangkan lagi:
1. Animasi ketika si Mada bermimpi naik balon terbang kurang halus.

2. Saya mengerti romance bukanlah point utama yang mau diangkat dalam cerita ini. Namun sampai ending, semuanya terasa menggantung. Cerita Mada dan Merbelle yang akhirnya tidak jelas. Belum lagi kejelasan cerita soal Mada dan Sofia. Peranan Suchun disini juga tidak terlalu jelas. Apakah dia naksir Mada atau sekedar berperan sebagai teman? Mungkin akan lebih menarik kalau akhirnya konflik awal yang membuat Mada kecewa dan berubah haluan juga mendapatkan penutupan yang sempurna dari segi romance yang dari awal sudah dihadirkan.

3. Pesan yang ambigu.
Ketika kunjungan ke Iran dan scene Mada dihadapkan pada pertanyaan tentang identitasnya ditampilkan dengan sangat baik. Bahkan dijadikan opening yang luar biasa. Saya mengerti bagaimana inti cerita ingin menunjukkan bahwa identitas tidak hanya ditunjukkan melalui passport dan bagaimana identitas berupa agama dan kepercayaan kepadaNya dapat menyelamatkan Mada. Hal yang saya sayangkan adalah tindak kekerasan yang ditunjukkan pada scene ketika Mada ditangkap oleh orang Iran. Setelah mendengarkan Mada membaca al-Quran, sang tokoh Antagonis yang awalnya mengancam akan membunuh Mada berubah menjadi baik setelah mengetahui bahwa Mada adalah teman seimannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan di kepala saya. Apakah ini artinya kekerasan itu diperbolehkan selama bukan pada saudara seiman? Saya mengerti film ini mencoba mengangkat isu yang memang ada antara Iran dan Israel. Namun tetap saya, saya menyanyangkan film yang secara tidak langsung memihak pada si tokoh jahat Iran yang membuat tokohnya diterima oleh penonton karena akhirnya ia menerima Mada dan bahkan mendukung perjalanannya. Dalam bentuk apapun kekerasan bukanlah hal yang dapat diterima dan menjadikan tokoh yang menunjukkan kekerasan menjadi seseorang yang dapat diterima oleh penonton menurut saya bukanlah hal yang bijak.

4. Klimaks yang sudah terlanjur dimunculkan via trailer.
Ternyata banyak adengan - adengan inti yang dimunculkan dalam trailer. Karena saya sudah menonton trailer terlebih dahulu, efek adengan inti menjadi sedikit kurang greget karena sudah mendengar dan melihat adengan yang ada.

5. Ending yang kurang mengigit.
"Udah gini doang?" itu komentar yang muncul dari penonton yang duduk di sebelah saya ketika judul film ditampilkan sebagai scene akhir. Meskipun ada potongan scene tambahan yang menceritakan bagaimana kelanjutan hidup Mada, menurut saya endingnya masih kurang menjawab pertanyaan dan mengakhiri permasalahan yang dimulai dengan begitu hebatnya.

Kesimpulannya?
Film ini patut menjadi pilihan tontonan untuk mengingatkan hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. Saran saya selama menonton film ini, lihat dan fokuslah pada hal-hal yang positif yang ingin disampaikan oleh sang pembuat film. Misalnya bagaimana hubungan manusia dengan manusia lain yang berasal dari negara lain pada dasarnya adalah baik selama awal hubungan itu dimulai dengan niatan yang baik dan tulus.
Penonton juga sebaiknya belajar menjadi penonton yang kritis dan memilah mana yang patut dijadikan conton dan yang mana yang tidak.

Selamat menonton.


0 comments:

Post a Comment