Tapi memang harus diakuin kalau guyonan tersebut berhasil bikin gue penasaran sama film berjudul Pendekar Tongkat Emas ini.
Pas dicheck ternyata yang main pemain oke-oke punya! Tapi kok film silat-silatan yang mainin orang Indonesia dan di Indonesia? Itu namanya inovasi.
Filmnya tentang apa?
Tentu saja tentang dunia persilatan dan segala intriknya. Secara garis besar bisa digambarkan kalau Sekar, seorang nenek-nenek tua, adalah seorang guru besar perguruan tongkat emas yang ternyata sudah dibubarkan. Ibu Sekar ini punya empat anak didik yang tersisa. Nama mereka adalah Biru, Gerhana, Dara, dan Angin.
Suatu saat sakit Sekar semakin parah dan akhirnya ia memutuskan untuk mewariskan tongkat emas berserta jurus yang tiada duanya kepada salah satu muridnya.
Biru, alias Reza Rahardian, merupakan calon yang keliatannya bakalan dipilih karena dia adalah murid didikannya yang paling kuat dan senior. Ternyata yang dipilih adalah murid bernama Dara yang ilmunya masih agak cupu. Dan cerita pun berlanjut dipenuhi dengan intrik-intrik kebencian, balas dendam, keserakahan, romantisme, sampai dengan terungkapnya masa lalu. Sisanya silahkan nonton sendiri ya.
Adengan silatnya bagaimana?
Lumayan. Meskipun belum 'sekuat' dan seirama kayak film-film silat internasional tapi nggak mengecewakan. Aman untuk dikonsumsi dan kadnag malah sempet membuat terheran-heran. Wah, jago juga yang nge shoot :D. Tapi tahu apalah saya yang bukan pecinta film silat ini.
Bagus?
Tentu saja bagus. Film penuh inovasi dan tema yang beda sendiri ini berhasil menyisir penonton ikut hanyut dalam setting dan tema yang diangkat.
Semuanya keliatan banget penuh persiapan dan nggak asal tempel.
Mulai dari karakter, setting tempat, pemain pendukung, sampe dengan property yang digunakan. Bagus banget dan dapet banget kesan persilatannya.
Ada Yang Nggak Bagusnya?
Hahahaha. Next question please. Agak-agak ngeri mengkritik film ini karena saya bukan pengamat film silat.
Hmm... ada yang bisa ditingkatkan?
1.
Dialognya
Entah mengapa bagi gue
dialognya kadang terlalu panjang dan berbelit-belit. Apalagi prolognya terutama
pas awal film. Menurut gue agak ngebosenin dan gue jadi harus mikir
berulang-ulang kali tentang makna kata-katanya.
2.
Akting “Dara”
Aktingnya Biru sama
Gerhana nggak perlu diragukan lagi. Dua-duanya cocok banget jadi karakter yang
antagonis! Apalagi Gerhana, baru muncul aja udah kerasa banget dia bukan
pendekar yang baik-baik (#eeehh). Sedangkan Dara, hm... dia di sini karakternya
memang sebagai yang terlemah dan tertindas tapi kenapa gue merasa dia jago pas acting
nangis saja ya. Selalu berurai air mata, kesedihan, ditolongin, dan
diselamation. Okay itu emang jalan ceritanya. Cuma pada beberapa bagian pas
Dara ini harusnya kaget atau marah, aktingnya kurang keluar menurut mengamatan
gue. Kayak masih KAGOK. Hahaha. Saya juga suka sama Sekar muda!
3.
Pesan moral yang ingin disampaikan
Sebenarnya apa pesan moral
film ini? Saling membunuh atas nama kebenaran dan kesejahteraan orang banyak
(penduduk desa) kemudian mengangkat anak korban yang dibunuh? Mungkin karena
dialog pada bagian akhir nggak terlalu gue mengerti jadi gue juga kurang dapet
pesan yang mau disampaikan apa sebenarnya.
4.
Adegan ambigu dan maaf bikin
saya ngakak.
Pas flashback diceritakan
kalau jurus tongkat emas ini hanya bisa dilakukan berpasangan. Lalu sang guru
besar berpesan pada Sekar dan Naga Putih, “Lakukanlah tugas kalian.” – kira-kira
begitu. Mungkin maksudnya tugas menurunkan jurus ya. Bagian yang bikin ngakak
adalah setelah sang guru berkata seperti itu, disorot saat Sekar melahirkan.
Lalu gue pun senyum-senyum sendiri. Tugas apakah yang dimaksud oleh sang guru.
Hahaha.
5.
Wanita vs Wanita
Mengapa pas pertandingan
akhir Dara disorot selalu melawan Gerhana dan jarang banget duel sama Biru.
Padahalkan dendam yang ada dengan Biru yang terutama. Kenapa wanita harus selalu
melawan wanita dan pria melawan pria? Meskipun pas akhir Biru dikalahkan dengan
perpaduan silat antara Dara dan Elang plus tongkat emas.
6.
Jalan ceritanya
Jalan ceritanya terasa
panjang sekali dan lama. Mungkin karena terlalu tertebak? Jadi gue
menunggu-nunggu, kapannih Dara belajar sialt. Kapan si Biru ketahuan. Jadi
semuanya terasa berjalan lama. Apalagi dengan dialog-dialog yang panjang juga.
Sekian dulu review dari saya.
Terima kasih Mira Lesmana & Riri Riza berserta pemain-pemain hebat yang mewujudkan film ini.
Anda hebat dan menakjubkan!
Sofi Meloni
0 comments:
Post a Comment